Page

Selasa, 29 April 2014

Aku Mau Bahagia



Para sahabat, Lovely to see you again.... Setelah terakhir berbagi tulisan Letter from GOD kali ini ane bagikan tulisan yang ane temukan terselip diantara tumpukan bab-bab "perjalananku".
Alkisah, ada seorang pemuda mencari-cari rahasia hidup bahagia. Awalnya dia percaya, jika bisa meraih apa yang diinginkan, dia pasti bahagia. Tapi kenyataannya tidak. Akhirnya dia pergi ke seorang pertapa yang bijak untuk mendapatkan jawabannya.
Melalui perjalanan panjang, sampailah dia ke rumah sang pertapa dan segera bertanya, “Paman pertapa yang bijak, tolong berikan pencerahan padaku, bagaimana aku bisa menjadi bahagia?”
“Kamu ingin bahagia? Baik. Cobalah duduk dibawah pohon itu dan bernapaslah! “ kata sang petapa dengan tegas.
“Lalu apa yang harus aku lakukan saat duduk dan bernapas?” Tanya si pemuda.
“Tidak ada. Cukup duduk dan perhatikan napasmu dengan baik, sadari setiap saat bahwa kamu sedang hidup dan bernapas.” Tandas sang petapa. Walaupun ada keraguan, si pemuda mencoba melakukan apa yang diminta petapa, duduk di bawah pohon rindang dan bernapas.
Hari demi hari pun berlalu. Setelah 3 hari, si pemuda akhirnya tak tahan dan menghadap petapa. “Paman, saya sudah susuk dan mengamati napas selama 3 hari ini tanpa tahu apa maksudnya. Apakah Anda lupa saya datang ke sini untuk mendapatkan rahasia kebahagiaan darimu? Tapi yang saya dapat hanya duduk dan bernapas. Ini hanya buang-buang waktu saja.”
Petapa tersenyum dan berkata, “Jujur, sebenarnya paman tidak bisa mengajarimu untuk meraih kebahagiaan.”
Si pemuda dengan jengkel bertanya, “Kenapa tidak bisa?”
“Karena paman tidak bisa membantumu menemukan apa yang sudah kamu miliki,” kata petapa. “Coba jawabapa yang sudah kamu lakukan selama 5 hari ini?”
Pemuda itu menjawab, “Duduk dan bernapas.”
“Apakah ada yang mengajarimu cara bernapas?” tanya petapa.
“Tentu saja tidak,” balas pemuda itu. “Bernapas tak perlu diajarkan. Semua orang yang masih hidup bisa melakukannya sendiri.”
“Nah, bahagia sama seperti bernapas, tidak perlu diajarkan, tapi hanya perlu dibiasakan dengan landasan cara berpikir yang benar dan bijak.”
Si pemuda mengernyitkan kening berusaha mencerna.
Sang petapa pun melanjutkan, “Kebahagiaan itu ada di rasa bersyukur karena kita hidup dan bernapas. Dan bukankah kita semua sudah memilikinya sejak kecil? Hanya saja, setelah dewasa, kita membiarkan dunia luar menentukan apakah kita itu bahagia atau tidak. Ketika orang lain mengungkapkan kesalahanmu, kamu tidak bahagia. Ketika sesuatu mengecewakanmu atau tidak sesuai dengan seleramu, kamu tidak bahagia. Ketika seseorang tidak peduli denganmu, kamu tidak bahagia. Dan banyak lagi hal lain yang membuat kamu tidak bahagia. Jadi, selama ini kamu telah menyerahkan kunci kebahagiaan ke dunia luar. Makanya dunia luar terlihat seperti mempermainkan kamu.”

wah... setelah tulisan ini nunggu di publish, ane teringat cerita ini ane baca di email yang dikirim andriewongso.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar