Tidak sedikit orang, mungkin juga Anda (Saya juga loh..) lebih memilih air yang dimasak dibandingkan air hasil teknologi penyaringan. Anehnya Anda ( lagi-lagi Saya juga) menyukai air minum dalam kemasan yang notebene adalah hasil penyaringan. Nah, sekarang saya temukan perbedaan antara air yang dimasak dengan air hasil penyaringan, dan kali ini saya bagikan buat Anda semua.
Dengan makin bertambahnya industri, semakin banyak pula menimbulkan polusi yang dapat mencemarkan air yang kita konsumsi. Kebutuhan akan air minum dengan menggunakan cara penapisan tradisional sekarang ini apa masih aman ? Jawabannya akan kita dapatkan setelah kita bahas dulu apa yang dimakdu dengan metode penapisan tradisional.
Metode Penapisan Air Tradisional
Metode ini ada banyak caranya, namun ada 2 cara yang paling sering digunakan yaitu dengan pendidihan (memasak) dan dengan cara kimia (treatment/penyaringan). Walaupun efektif dalam menghilangkan kontaminan dalam air, tapi dalam pembahasan berikut kita akan bisa tahu bahwa cara ini masih meninggalkan materi yang tidak baik dalam air.
Pendidihan
Sedari dulu, pendidihan air adalah cara yang paling banyak digunakan untuk membunuh mikrooeganisme dari dalam air. Pada kenyataannya, ketika dilakukan dengan benar cara ini dapat membunuh bakteri, akan tetapi masih ada beberapa zat-zat beracunyang masih tertinggal dalam air. Bakteri protozoa adalah bakteri pertama yang dibunuh dengan cara pendidihan.Namun, untuk membunuh yang lainnya dibutuhkan waktu 3 menit lagi.
Kekurangan dari metode ini:
- Selain membutuhkan bahan gas/minyak tanah/kayu bakar, alat masak, air juga tidak bisa langsung diminum (he he he... panas ue..)
- Air masih mengandung partikel, jadi masih perlu disaring dulu sebelum diminum
- Mendidihkan air tidak menghilangkan bau maupun kandungan kimia yang mungkin ada (termasuk klorin)
Secara Kimia
Ada 2 bahan kimia utama yang digunakan untuk memurnikan air yaitu IODINE dan KLORIN. Kedua bahan kimia ini murah dan mudah digunakan. Iodine mampu membunuh virus, bakteri dan protozoa. Tetapi semakin dingin air, semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk memurnikan iodine. Iodine juga dapat diserap oleh debu yang ditemukan secara alami dalam air, jadi kandungannya selalu bervariasi.
Wanita hamil ataupu orang yang mengalami tiroid tidak baik mengkonsumsi air dengan metode ini. Iodine digunakan dalam jangka waktu pendek, hanya 3 bulan berturut-turut. Banyak orang yang merasa kurang suka dengan bahan ini karena rasa menjadi kurang enak.
Klorin/penjernih adalah bahan kimia pemurni air kedua, proses ini akan membentuk debu yang mengendap pada dasar air dan membuat air menjadi bening.
Kekurangan metode ini juga banyak ditemui. Jika penjernih sudah berumur lebih dari 6 bulan, penjernih tersebut tidak akan memiliki potensi yang cukup untuk membunuh mikroorganisme. Klorin juga sangat beracun dan dalam dosis yang berlebihan akan mengakibatkan penyakit kerusakan organ tubuh, bahkan kematian.
Saat ini dengan kemajuan teknologi telah ditemukan metode pemurnian air dengan cara penyaringan/treatment. Pada metode ini ada banyak cara digunakan dari yang sederhana sampai dengan teknologi tinggi, namun pada dasarnya cara kerja metode penyaringan adalah menyaring air dengan beberapa tahap penyaringan dengan menggnakan bahan-bahan seperti pasir, lempeng batu sampai keramik. Namun pada dasarnya metode ini menjadi solusi lebih praktis dalam mendapatkan kebutuhan akan air minum.
Anda sedang membaca artikel
Berita,
Kesehatan
dengan judul 'Memasak Air' VS 'Menyaring'. Diposting pada hari : , rating 4.2. Semoga artikel ini bisa memberikan manfaat untuk anda.
Saya ( Bk antara ) mengucapkan terimakasih banyak atas kunjungan sobat. Saya nantikan kunjungan anda berikutnya :)
0 comments:
Posting Komentar