Mitos Seputar HIV/AIDS

Minggu, 24 Februari 2013
HIV/AIDS, dua kata yang menjadi momok bagi banyak orang. Selama bertahun-tahun ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) mendapat perlakuan diskriminatif berkat adanya mitos-mitos yang menyebarkan ketakutan yang tidak masuk akal. Berikut ini beberapa mitos seputar penyebab, gejala, dan penularan HIV/AIDS yang banyak dipercayai namun tidak memiliki dasar yang jelas.
HIV/AIDS hanya menular lewat hubungan seks.
Memang benar penularan HIV/AIDS bias melalui hubungan seks, namun tidak itu saja. HIV/AIDS juga dapat menular melalui transfusi darah, penggunaan jarum suntik yang tidak steril, tindik, atau tatto yang tidak menggunakan alat-alat steril, dan ibu hamil pada bayi yang dikandungnya (namun ada beberapa kasus dimana ibu hamil tidak menularkan virus ini pada bayinya, namun secara persentase kemungkinan ini sangat kecil).
HIV/AIDS adalah penyakit homoseksual.
Sebuah pernyataan yang sangat seksis dan tidak bisa diterima akal sehat. Karena pada dasarnya HIV/AIDS bisa menular atau ditularkan tanpa memandang orientasi seksual seseorang. Justru, dari beberapa penelitian didapatkan bahwa HIV/AIDS diderita lebih banyak oleh kaum heteroseksual.
HIV/AIDS menular melalui kontak sosial.
Belum pernah ada bukti medis yang menyebutkan kalau makan, minum, bersalaman, maupun menggunakan WC umum bersama penderita HIV/AIDS menyebabkan penularan. Memeluk, mencium dengan mulut tertutup, berbagi minuman, berbagi peralatan makan, atau batuk dan bersin tidak menyebabkan penularan HIV/AIDS.
HIV/AIDs menular melalui keringat atau ludah.
Hanya ada tiga cairan tubuh yang dapat menularkan HIV/AIDS, yaitu: sperma, cairan vagina, dan darah. Jumlah virus yang ada dalam ludah atau keringat belum terbukti menyebabkan penularan HIV/AIDS. Berciuman aman sepenuhnya dari HIV/AIDS. Virus ini bisa masuk ke tubuh kita bila melakukan hard kiss sampai berdarah-darah. Atau jika mulut penderita menderita sariawan atau luka pada gusi yang nantinya dari sanalah penyebaran virus tersebut. Namun jika penderita tidak mengalami luka pada mulut, berciuman dianggap beresiko rendah karena air liur sebagai pembawa virus sering diabaikan.
Nyamuk dapat menularkan HIV/AIDS.
Sebenarnya nyamuk tidak bisa memasukkan darah orang lain ke dalam tubuh orang yang baru digigitnya. Nyamuk melakukan penyuntikkan air liur ke dalam korban-korbannya yang mungkin terjangkit malaria, demam berdarah, dan lain sebagainya. HIV tidak berkembang biak pada tubuh serangga, sehingga virus tidak bisa bertahan cukup lama dalam tubuh nyamuk untuk bisa ditransmisikan melalui air liurnya.
Orang yang HIV positif akan terlihat sakit.
Orang dapat terinfeksi HIV selama lebih dari 10 tahun tanpa menunjukkan tanda-tanda atau gejala. Selama bertahun-tahun orang merasa baik, mampu bekerja seperti sebelumnya dan tidak menunjukkan tanda-tanda sakit. Jadi bahkan jika pasangan tampak sehat, penting untuk mengetahui status HIV.
Mitos, ibu menderita HIV tidak bisa memiliki anak. Perempuan yang terinfeksi HIV masih bisa subur dan resiko menularkan HIV kepada anak yang belum lahir adalah antara 15 sampai 30 persen. Namun dengan terapi antiretroviral yang sudah tersedia sekarang, tingkat penularan dari ibu ke anak telah turun menjadi sekitar 2-3 persen. Jadi ibu yang menderita HIV tetap punya kesempatan untuk memiliki anak.
Itu tadi beberapa mitos yang ada di masyarakat, semoga menambah pengetahuan Anda seputar HIV/AIDS, dan yang paling penting untuk bisa terhindar dari penyakit HIV/AIDS adalah dengan menjaga Prilaku untuk terhindar dari HIV/AIDS.

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Anda sedang membaca artikel Berita, Kesehatan dengan judul Mitos Seputar HIV/AIDS. Diposting pada hari : , rating 4.2. Semoga artikel ini bisa memberikan manfaat untuk anda. Saya ( Bk antara ) mengucapkan terimakasih banyak atas kunjungan sobat. Saya nantikan kunjungan anda berikutnya :)
0 comments:
Posting Komentar

Google+ Add Facebook RSS FEED